Wednesday 3 December 2014

CDMA Di Indonesia

Prospek CDMA di Indonesia
A. Umum
Secara umum industri seluler Indonesia memiliki prospek yang baik karena beberapa hal berikut ini:
  1. Tingkat penetrasi yang masih sangat rendah.Potensi pasar yang masih sangat besar karena tingkat penetrasi seluler di Indonesia yang masih sangat rendah dibanding negara-negara lain.
  2. Jumlah populasi yang besar. Sebagai negara dengan jumlah penduduk nomor 5 terbanyak di dunia maka pasar seluler di Indonesia sangatlah besar dan setiap pertambahan penetrasi seluler akan memberi efek multiplier yang besar, sebagai contoh dengan jumlah penduduk ±230 juta maka setiap pertambahan 1% penetrasi seluler akan menambah 2,3 juta pengguna seluler baru. Menurut perkiraan Business Monitor internasional, tingkat penetrasi seluler Indonesia akan mencapai 38% pada tahun 2010 atau mencapai ±90 juta pelanggan atau akan ada tambahan ±50 juta pelanggan baru dalam lima tahun ke depan.
  3. Pemerataan pembangunan. Selama ini pembangunan dan aktivitas ekonomi banyak terkonsentrasi pada kota besar khususnya pada ibukota dan daerah sekitarnya sehingga penetrasi seluler terbesar juga terdapat pada area ini. Hal ini terlihat dari penetrasi seluler yang mencapai 45% dan traffic komunikasi seluler yang mencapai 50% dari traffic nasional. Namun dengan berlalunya waktu dan penyebaran penduduk maka pembangunan akan sedikit demi sedikit bergeser ke daerah-daerah yang lebih kecil sehingga potensi penetrasi dan traffic komunikasi seluler pada daerah masih sangat besar.
  4. Gaya hidup.Perubahan gaya hidup masyarakat yang going mobile, ingin dapat dihubungi dan menghubungi di mana pun berada menyebabkan adanya kebutuhan memiliki telepon seluler, dimana kebutuhan akan telepon seluler sekarang ini tidak terbatas pada kalangan tertentu saja tapi juga menjadi kebutuhan segala lapisan masyarakat, singkatnya kebutuhan akan seluler sudah seperti kebutuhan primer bagi masyarakat.
B. Khusus
Selain faktor umum di atas terdapat beberapa faktor spesifik yang mendukung prospekperkembangan CDMA secara umum :
  1. Tarif yang murah. Produk CDMA dengan tarif yang murah sangat cocok untuk pelanggan kelas menengah bawah yang umumnya hanya membutuhkan layanan SMS dan suara serta sangat price sensitive.
  2. Jumlah kelas menengah bawah di Indonesia. Sekitar 70% dari penduduk Indonesia berasal dari kelas menengah bawah sehingga layanan seluler dengan tarif murah seperti FWA akan cocok untuk pasar Indonesia, dimana hal ini diperkuat lagi oleh hasil survey yang telah dilakukan perusahaan telepon seluler seperti PT Sony Ericsson Indonesia dan PT Samsung Electronics Indonesia yang menyatakan bahwa sekitar 70% - 75% pasar penjualan telepon seluler di Indonesia adalah seluler model low-end (telepon seluler murah) yang tentu saja pembelinya berasal dari kelas menengah bawah.
  3.       Alternatif bagi Fixed Line. Selain merupakan alternatif bagi FM, maka FWA juga sangat diminati oleh pelanggan yang belum memiliki telepon rumah (fixed line) karena biaya pemasangan yang ringan dan pemasangan yang cepat. Sampai pada saat ini penetrasi Fixed Line di Indonesia hanya sekitar 5%.
  4. Handset CDMA yang makin beragam dan murah. Dengan prospek pertumbuhan pelanggan layanan FWA (saat ini didukung oleh teknologi CDMA) yang menjanjikan maka produsen telepon seluler juga akan memproduksi handset CDMA yang lebih beragam dan terjangkau bagi mayoritas masyarakat Indonesia.
C. Keadaan Indonesia Saat Ini

  1. Penurunan daya beli. Kenaikan biaya-biaya yang terjadi seperti biaya BBM, listrik dan lain lain di Indonesia memang mengakibatkan kenaikan tingkat inflasi yang mencapai double digit dan berdampak pada penurunan purchasing power pada masyarakat Indonesia secara umum, namun seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kebutuhan akan telepon seluler yang sudah seperti kebutuhan primer maka dalam jangka panjang industri seluler akan tetap bertumbuh secara baik.
  2. Persaingan yang semakin ketat. Diperkirakan tingkat persaingan pada industri seluler akan semakin ketat pada masa mendatang, dimana pemain-pemain yang ada dalam industri ini bukan hanya berasal dari perusahaan lokal namun juga berasal dari perusahaan asing yang telah masuk ke pasar Indonesia melalui serangkaian akuisisi terhadap perusahaan operator seluler local. Tingkat persaingan yang ketat ini berpotensi mengakibatkan ARPU yang semakin menurun dan peningkatan biaya promosi namun dalam sisi lain persaingan akan menguntungkan konsumen seluler di Indonesia sehingga memicu pertumbuhan pelanggan seluler yang semakin besar.
  3. Registrasi kartu pra-bayar. Seiring dengan banyaknya penipuan, provokasi tidak bertanggung jawab baik melalui SMS dan suara dari kartu pra-bayar (prepaid card) maka pemerintah mengharuskan registrasi kartu pra-bayar bagi para pengguna telepon seluler . Registrasi kartu pra-bayar ini di satu sisi mungkin akan menyulitkan proses pemasaran kartu perdana pra-bayar karena rumitnya proses registrasi. Sedangkan pada CDMA tingkat kartu hangus (churn rate) dapat ditekan.
  4. Pemakaian menara bersama. Seiring dengan ekspansi agresif yang dilakukan oleh para operator seluler maka terjadi pertumbuhan jumlah menara pemancar (BTS) yang sangat besar. Keadaan ini dipandang tidak efisien secara ekonomis karena seharusnya satu menara dapat dipakai oleh lebih dari satu operator, sehingga selain tidak membuang banyak lahan untuk pembangunan BTS juga banyak dana pembangunan BTS yang dapat dihemat oleh operator seluler.

No comments:

Post a Comment