Wednesday, 3 December 2014

case study coca-cola

Case Study Coca Cola Company

Sejarah Perusahaan
Ahli farmasi dari Atlanta, John Pemberton membuat tonik kesehatan berbuih pada tahun 1886 yang resepnya sangat dirahasiakan, tetapi diduga mengandung air, gula, sari daun coca, kafein dari kacang cola, jeruk, dan minyak lemon.
Akuntan Pemberton, Frank Robinson mencarikan modal dan menemukan seorang penjaga toko yang kemudian menjadi ahli obat-obatan, Asa Chandler, dalam rangka mencari peluang bisnis, membeli perusahaan Coca Cola yang masih muda pada tahun 1891 seharga US$ 2.300.

Asa Chandler membeli perusahaan ini karena minuman ini dapat membangkitkan semangat di siang hari di daerah selatan AS yang lingkungannya mudah membuat orang mengantuk.
Dengan Kesuksesan besar di amerika, maka pada tahun 1916 Coca Cola company (didirikian 8 mei 1886) mempatenkan bentuk botolnya. Dan pada tahun 1929 Coca Cola company sudah memiliki Bottling Facilities Di 27 negara. 
Coca-Cola merupakan perusahaan minuman ringan terbesar didunia dengan 500 lebih jenis produk dan dikenal sebagai merk dagang paling terkemuka di dunia dengan nilai sebesar $12 Milyar. Melayani lebih dari 200 negara dan konsumsi mencapai 1,6 milyar botol perhari.
Studi Kasus
Sekarang minuman ringan mudah sekali diperoleh mulai dari warung sampai toko-toko kecil dan hampir dikonsumsi semua lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan.
                Survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga independen  (LPEM Universitas Indonesia) dan sebuah perusahaan riset pemasaran DEKA menunjukkan bahwa :
Pada tahun 2005, 85% dari konsumen bulanan minuman ringan mempunyai pendapatan rumah tangga rata-rata di bawah Rp 2 juta per bulan. 46% diantara mereka berpenghasilan kurang dari Rp 1,5 Juta. 
72% konsumen mingguan mempunyai penghasilan rata-rata kurang dari Rp 1 juta perbulan lebih dari 40 % diantara mereka adalah karyawan paruh waktu dan para pelajar. 
Minuman ringan tersebut didominasi lebih dari setengah (60%) oleh produk dalam negeri seperti teh botol sosro, mizone dan sisanya yang 40 % tersebut dari produk luar seperti coca cola, pepsi, pocari sweat dan minuman ringan produk luar lainnya.
Saat ini, Indonesia mencatat tingkat konsumsi produk-produk Coca-Cola terendah (hanya 13 porsi saji seukuran 236 ml per orang per tahun), dibandingkan dengan Malaysia (33), Filipina (122) dan Singapura (141).   

Masalah
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya penjualan produk Coca Cola Company di Indonesia ?
2.  Apa saja hal-hal yang bisa dilakukan Coca Cola Company untuk menangani masalah tersebut ?
3.  Rencana apa yang sedang dilakukan oleh Coca Cola Company untuk menarik pelanggan baru ?

Pemecahan Masalah
1.  Faktor – Faktor yang mempengaruhi rendahnya penjualan :
a.   Rakyat Indonesia lebih percaya terhadap produk dalam negeri (Ethnic).
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap produk-produk Coca Cola, masyarakat hanya            mengetahui bahwa Coca Cola hanya minuman bersoda.
c.    Produk Coca Cola pernah diisukan menjadi penyumbang dana untuk israel dalam perang    di Palestina yang menyebabkan hampir diboikot seperti produk produk amerika (McDonald, KFC ).

d.   Masih banyaknya produk pengganti minuman ringan yang lebih murah.

2.  Hal- Hal yang bisa dilakukan Coca Cola Company untuk memecahkan masalah tersebut :
a. Membuat Brand Extension baru seperti Frestea, Agar masyarakat mulai percaya bahwa produk produk buatan Coca Cola Company tidak jauh berbeda dengan produk dalam negeri.
b. Melakukan kerja sama dengan produk minuman ringan dalam negeri untuk lebih meningkatkan kepercayaan terhadap produk Coca Cola Company di dalam negeri.
c. Pihak Coca Cola sebaiknya mengiklankan tidak hanya pada minuman bersodanya saja tetapi mengiklankan juga minuman-minuman kesehatan nya seperti OASIS, Minute Maid, PowerAde,  Vitamin Water.
d.  Memberikan pengetahuan tentang sumbangan dana pada setiap pembelian sebuah produk, baik melalui iklan atau pada kemasan. contohnya Aqua : Setiap pembelian satu botol Aqua menyumbang satu liter air.
e.  Lebih meningkatkan kualitas dari produk Coca-Cola dibanding produk luar negeri lainnya yang dijual di Indonesia

3. Rencana ‘2020 Target”
a. Liquid and linked content : Artinya lebih mengembangkan minuman yang lebih sehat yang akan menarik konsumen.
b. Content Plan : Artinya membuat rasa yang sesuai dengan permintaan konsumen di setiap negara.
c. Content excellence : Mengembangkan formula produk yang unik sehingga tidak bisa ditiru oleh produk lain.

No comments:

Post a Comment