Case Study Coca Cola Company
Sejarah Perusahaan
Ahli farmasi
dari Atlanta, John Pemberton membuat tonik kesehatan berbuih pada tahun 1886
yang resepnya sangat dirahasiakan, tetapi diduga mengandung air, gula, sari
daun coca, kafein dari kacang cola, jeruk, dan minyak lemon.
Akuntan
Pemberton, Frank Robinson mencarikan modal dan menemukan seorang penjaga toko
yang kemudian menjadi ahli obat-obatan, Asa Chandler, dalam rangka mencari
peluang bisnis, membeli perusahaan Coca Cola yang masih muda pada tahun 1891
seharga US$ 2.300.
Asa Chandler
membeli perusahaan ini karena minuman ini dapat membangkitkan semangat di siang
hari di daerah selatan AS yang lingkungannya mudah membuat orang mengantuk.
Dengan
Kesuksesan besar di amerika, maka pada tahun 1916 Coca Cola company (didirikian
8 mei 1886) mempatenkan bentuk botolnya. Dan pada tahun 1929 Coca Cola company
sudah memiliki Bottling Facilities Di 27 negara.
Coca-Cola
merupakan perusahaan minuman ringan terbesar didunia dengan 500 lebih jenis
produk dan dikenal sebagai merk dagang paling terkemuka di dunia dengan nilai
sebesar $12 Milyar. Melayani lebih dari 200 negara dan konsumsi mencapai 1,6
milyar botol perhari.
Studi Kasus
Sekarang minuman ringan mudah sekali diperoleh mulai dari warung
sampai toko-toko kecil dan hampir dikonsumsi semua lapisan masyarakat dari
berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan.
Survei yang dilakukan oleh
sebuah lembaga independen (LPEM
Universitas Indonesia) dan sebuah perusahaan riset pemasaran DEKA menunjukkan
bahwa :
Pada tahun 2005,
85% dari konsumen bulanan minuman ringan mempunyai pendapatan rumah tangga
rata-rata di bawah Rp 2 juta per bulan. 46% diantara mereka berpenghasilan
kurang dari Rp 1,5 Juta.
72% konsumen
mingguan mempunyai penghasilan rata-rata kurang dari Rp 1 juta perbulan lebih
dari 40 % diantara mereka adalah karyawan paruh waktu dan para pelajar.
Minuman ringan tersebut didominasi lebih dari setengah (60%) oleh
produk dalam negeri seperti teh botol sosro, mizone dan sisanya yang 40 %
tersebut dari produk luar seperti coca cola, pepsi, pocari sweat dan minuman
ringan produk luar lainnya.
Saat ini, Indonesia mencatat tingkat konsumsi produk-produk
Coca-Cola terendah (hanya 13 porsi saji seukuran 236 ml per orang per tahun),
dibandingkan dengan Malaysia (33), Filipina (122) dan Singapura (141).
Masalah
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
rendahnya penjualan produk Coca Cola Company di Indonesia ?
2.
Apa saja hal-hal yang bisa dilakukan Coca Cola Company untuk menangani
masalah tersebut ?
3. Rencana
apa yang sedang dilakukan oleh Coca Cola Company untuk menarik pelanggan baru ?
Pemecahan Masalah
1. Faktor – Faktor yang
mempengaruhi rendahnya penjualan :
a. Rakyat Indonesia lebih percaya terhadap
produk dalam negeri (Ethnic).
b. Kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap produk-produk Coca Cola, masyarakat hanya mengetahui bahwa Coca Cola hanya
minuman bersoda.
c. Produk Coca Cola pernah
diisukan menjadi penyumbang dana untuk israel dalam perang di Palestina yang menyebabkan hampir
diboikot seperti produk produk amerika (McDonald, KFC ).
d.
Masih banyaknya produk pengganti minuman ringan yang lebih murah.
2. Hal- Hal yang bisa dilakukan Coca Cola Company
untuk memecahkan masalah tersebut :
a. Membuat Brand
Extension baru seperti Frestea, Agar masyarakat mulai percaya bahwa produk
produk buatan Coca Cola Company tidak jauh berbeda dengan produk dalam negeri.
b. Melakukan
kerja sama dengan produk minuman ringan dalam negeri untuk lebih meningkatkan
kepercayaan terhadap produk Coca Cola Company di dalam negeri.
c. Pihak Coca
Cola sebaiknya mengiklankan tidak hanya pada minuman bersodanya saja tetapi
mengiklankan juga minuman-minuman kesehatan nya seperti OASIS, Minute Maid,
PowerAde, Vitamin Water.
d. Memberikan
pengetahuan tentang sumbangan dana pada setiap pembelian sebuah produk, baik
melalui iklan atau pada kemasan. contohnya Aqua : Setiap pembelian satu botol
Aqua menyumbang satu liter air.
e. Lebih
meningkatkan kualitas dari produk Coca-Cola dibanding produk luar negeri
lainnya yang dijual di Indonesia
3. Rencana ‘2020 Target”
a. Liquid and linked content : Artinya
lebih mengembangkan minuman yang lebih sehat yang akan menarik konsumen.
b. Content Plan : Artinya membuat rasa yang
sesuai dengan permintaan konsumen di setiap negara.
c. Content excellence : Mengembangkan
formula produk yang unik sehingga tidak bisa ditiru oleh produk lain.
No comments:
Post a Comment